Jumat, 09 November 2012

Tugas Wajib


PENGARUH BAHASA PERGAULAN DALAM PERKEMBANGAN BAHASA INDONESIA

               Postingan saya kali ini akan membahasa tentang Pengaruh Bahasa Pergaulan Dalam Perkembangan Bahasa Indonesia.
            Dewasa ini, pemakaian gaya berbahasa yang baik dan benar mulai diacuhkan oleh masyarakat, terutama oleh remaja. Remaja enggan menggunakan gaya berbahasa yang baik dan benar sesuai kaidah-kaidah berbahasa Indonesia dalam percakapan sehari-hari karena dianggap terlalu formal dan ketinggalan zaman.
        Pertama kita bahasa dahulu apa itu bahasa gaul dan mulai muncul dan populernya di Indonesia.
Bahasa gaul adalah bahasa yang digunakan sebagai bahasa pergaulan. Istilah ini mulai muncul pada akhir tahun 1980-an. Bahasa gaul pada saat itu dikenal sebagai bahasanya para anak jalanan disebabkan arti kata prokem dalam pergaulan sebagai preman. Contoh bahasa gaul diantaranya : kamu-loe, aku-gue, tidak peduli-emang gue pikirin, ayah-bokap, ibu-nyokap dll. Pada umumnya bahasa gaul digunakan sebagai sarana komunikasi di antara sekelompok remaja tertentu. Dengan sarana komunikasi itu mereka dapat bebas menyampaikan hal-hal yang dianggap tertutup bagi kelompok usia lain atau agar orang lain tidak dapat mengetahui apa yang sedang mereka bicarakan. Karena masa remaja memiliki karakteristi antara lain pengelompokan, petualangan dan kenakalan. Sehingga keinginan untuk membuat kelompok eksklusiflah yang menyebabkan mereka menciptakan bahasa rahasia.
     Seiring dengan berkembangnya zaman semakin terlihat pengaruh bahasa gaul terhadap bahasa Indonesia, sehingga penggunaannya menimbulkan dampak negatif terhadap perkembangan bahasa Indonesia sebagai identitas bangsa. Masyarakat sudah banyak yang menggunakan bahasa gaul bukan hanya di kota-kota besar saja tetapi di kota-kota kecil pun menggunakan bahasa gaul tersebut terutama para remaja. Karena pengaruh bahasa gaul lah yang menyebabkan mereka lupa akan bahasa nasionalnya sendiri yaitu bahasa Indonesia, sangat ironis memang. Padahal ini sangat bertolak belakang dengan isi dari sumpah pemuda yang memiliki bahasa pemersatu bangsa yaitu bahasa Indonesia ditetapkan sebagai bahasa nasional dalam kongtes pemuda tanggal 28 Oktober 1928.
        Kata-kata yang merujuk pada bahasa gaul yang booming kini seperti ciyus ‘serius’,miapah ‘demi apa’, enelan ‘beneran’ dan masih banyak lagi. Sepintas, kata-kata seperti itu terkesan lumrah terdengar sehari-hari. Penggunaannya marak digunakan oleh berbagai kalangan khususnya para remaja. Banyak yang menganggap jika penggunaan kata-kata terebut dianggap wajar dan lucu atau bahkan mencirikan identitas dari sekelompok masyarakat bahasa tertentu.
Penggunaan kata-kata tersebut pada masa kini tak lagi diucapkan pada kelompok tutur sebaya, namun terkadang remaja saat ini dengan tidak sadar ataupun tidak sengaja melakukan tindak tutur dengan menggunakan bahasa tersebut kepada orang yang lebih tua. Unsur-unsur atau pihak-pihak yang terlibat dalam tindak tutur itu sama sekali tidak dihiraukan dalam tindak bahasanya. Hal ini amat mengkhawatirkan. Hanya dari kesalahan penggunaan bahasa, bisa jadi menimbulkan banyak kesalahan persepsi yang menyebabkan berbagai gesekan yang timbul dalam masyarakat. Hal inilah yang menimbulkan masyarakat bahasa cenderung bersikap negatif atas penggunaan kata-kata gaul tersebut.

      Ada pula penggunaan bahasa Indonesia yang menggunakan Kata-kata slang .
   Kata-kata selang adalah kata-kata nonstandar yang informal, yang disusun secara khas; atau kata-kata biasa yang diubah secara arbitrer; atau kata-kata kiasan yang khas, bertenaga, dan jenaka yang dipakai dalam percakapan. Kata-kata slang dibentuk agar bahasa menjadi lebih hidup dan asli. Semua orang, terutama remaja, selalu mencoba menggunakan bahasa atau kata-kata lama dengan cara-cara baru atau dengan arti baru.

Berikut adalah beberapa jenis slangisasi atau pembentukan bahasa slang menurut versi Wikipedia:

Mempersingkat kata dan menambahkan imbuhan –in pada akhir kata.
Contoh :           semakin  menjadi makin
                          memikirkan menjadi mikirin
                          menanyakan menjadi nanyain
                          menyebalkan menjadi  nyebelin
                   

2.  Mengganti imbuhan ter- menjadi ke- pada awal kata.

Contoh :           tertangkap menjadi ketangkep
                          terpeleset jadi kepeleset

3.  Menghilangkan sebagian huruf pada kata untuk mempersingkat.

Contoh :           habis menjadi abis
                           sudah menjadi udah

4.  Menyatukan dua kata menjadi satu kata baru dengan tetap mempertahankan maknanya.

Contoh :           terima kasih menjadi makasih
                          percaya diri menjadi  pe
                           jaga image menjadi ja’im
                           jaman dulu menjadi jadul
                           malas gerak menjadi mager
                           curahan hati menjadi curhat
                          gede rasa menjadi geer/ GR

5.  Mengganti huruf vokal “a” dengan huruf vokal “e”.

Contoh :           malas menjadi males
                          penar menjadi bener
                          pintar menjadi pinter
                         segar menjadi seger

6.  Mengganti diftong dengan huruf monosilabus.

Contoh :           kalau menjadi kalo
                          pakai menjadi pake
                         sampai menjadi sampe

7.  Menambahkan huruf pemberhenti pada akhir kata.

Contoh :           pakai menjadi pakek
                           tidak menjadi enggak

8.  Menambahkan awalan nge- atau ng- pada awal kata.

Contoh :           membajak menjadi ngebajak
                          bermimpi menjadi ngimpi
                          kabur menjadi ngabur
                          menggebet menjadi ngegebet

9.  Kata-kata yang diterjemahkan secara langsung dari bahasa asalnya.

Contoh :           swear menjadi suer
                         by the way menjadi betewe (btw)

10.  Kata-kata yang tercipta dengan sendirinya secara unik, tanpa memperhatikan sepuluh aturan di atas.

Contoh :              cuek
                          dia menjadi do’i
                           iya menjadi yo’i
                           jayus
                          jijik à jijay
                          jomblo
                          blo’on
                          ABG/ abege (anak baru gede)
                          cupu
                         gebetan
                         jutek
                         lebai
                         alay
                         pedekate/ PDKT
                         matre
                         telmi
                         nongkrong
                        curcol (curahan hati colongan)
                        bokap
                        nyokap
                        buset
                        klepto
                        kepo
                       galau
                       nebeng



     Dan media jejaring sosial faktor yang paling besar adanya bahasa-bahasa gaul yang bermuculan. Sebagian besar remaja beranggapan bahwa media jejaring sosial adalah pusat dari segala informasi. Ketika, mereka tidak dapat terhubung dengan media jejaring sosial, mereka akan merasa bahwa saat itu adalah akhir dari dunia pergaulannya. Mereka akan merasa tidak mengetahui berita-berita terbaru, tidak tahu gossip terkini, dan tidak tahu bahasa-bahasa “gaul” terbaru.
          Penggunaan kata-kata tersebut cukup mengkhawatirkan bagi masyarakat Indonesia. Mengingat pengaplikasian bahasa Indonesia sebagai bahasa persatuan belum terkondisikan dengan cukup baik. Penggunaan bahasa Indonesia masih harus diperhatikan lebih lanjut karena posisinya yang juga bersaing dengan penggunaan bahasa daerah maupun bahasa asing yang masuk di wilayah Indonesia.
Kata-kata gaul tersebut dianggap mampu mengganggu stabilitas penggunaan bahasa Indonesia oleh para remaja. Remaja yang merupakan agen pembawa keberlangsungan bahasa Indonesia harus berjuang lebih keras dalam upaya mempertahankan bahasa persatuannya dari berbagai pengaruh yang cenderung negatif tersebut. Oleh karena itu, remaja Indonesia diharapkan mampu memberikan usaha terbaiknya dalam mempertahankan keberlangsungan bahasa Indonesia yang baik tanpa menghilangkan identitas kebahasaan sehingga remaja Indonesia tidak mudah terpapar oleh pengaruh-pengaruh negatif dalam hal kebahasaan tersebut.


                        http://bahasa.kompasiana.com
                       

0 komentar:

Posting Komentar

Advertisement

 

Copyright 2008 All Rights Reserved Revolution Two Church theme by Brian Gardner Converted into Blogger Template by Bloganol dot com